Senin, Januari 05, 2009

Teror Santet Disidang Terdakwa Amdal

Dizaman serba modern, santet menyantet ternyata tak juga ditinggalkan. Tak terkecuali saat berlangsungnya persidangan dengan terdakwa dugaan korupsi pembuatan dokumen Amdal. Tujuannya tidak lain, agar bias mempengaruhi keputusan majelis hakim.

Niko Ruru, Nunukan

Seorang pengunjung sidang, sibuk membacakan sesuatu. Entah mantra apa yang meluncur dari mulutnya.
Sedangkan salah seorang terdakwa, sambil mulutnya komat-kamit, salah satu tangannya sibuk menggerak-gerakkan tasbih yang dipegangnya.
Yang jelas, saat berlangsungnya sidang dugaan korupsi dengan terdakwa mantan kepala Bapedalda Nunukan, Hasan Basri dan mantan kabid pemantuan dan pengawasan lingkungan, Thoyib Budiharyadi, nuansa mistis begitu kentara.
Hal itu juga yang sempat dirasakan, Muhammad Askari, staf kementrian Negara lingkungan hidup, yang menjadi ahli pada persidangan sekitar tiga minggu lalu.
"Hati-hati saja, ada yang lain nih,"kata Askari, mengingatkan sejumlah jaksa.
Dideretan bangku jaksa penuntut umum, sejumlah jaksa terlihat lemas tak bersemangat.
"Ada pawang,"salah seorang jaksa menuliskannya disecarik kertas untuk diberikan ke jaksa lainnya.
"Memang ada orang pintar, tapi dia memantau dari jauh. Bukan di Nunukan,"kata salah seorang sumber.
"Wah benar-benar, bawaannya cuma ngantuk aja. Pikiran jadi tidak konsentrasi di ruangan sidang,"kata jaksa.
Siapa sebenarnya yang meniupkan santet selama berlangsungnya sidang ini?, "Saya tidak perlu begitu (santet,red), saya yakin Allah pasti akan membalas. Lihat saja apa balasan buat orang-orang yang mendzolimi saya,"kata Thoyib, terdakwa kasus itu.
Satria Irawan, salah seorang jaksa kepada koran kaltim mengatakan, dirinya tidak pernah gentar dengan santet yang dihembuskan pihak-pihak tertentu.
"Saya tidak takut kalau masalah itu. Yang pasti saya hanya mengembalikan kepada yang diatas,"kata Satria, yang mengaku belum pernah mendapatkan teror santet.
"Saya juga tidak pernah diancam santet,"kata jaksa lainnya Gusti Hamdani.
Kajari Nunukan, Suleman Hadjarati mengatakan, merupakan hak siapa saja untuk berikhtiar.
"Memang itu perlu. Kami juga ikhtiar, cuma caranya beda-beda. Kami memohon kepada Allah,"ujarnya.
Menurut Suleman, menghadapi santet dari pihak lain, tidak perlu dibalas dengan cara yang sama.
"Kami ritualnya hanya menyembah Allah, se khusuknya, tapi sedikitpun tidak terbawa pemikiran lain. Itu juga tata cara,"ujarnya.
Suleman sendiri merasa belum pernah terkena santet itu.
"Semuanya datang dari Allah, kita punya keimanan, ketaqwaan harus, wajib sifatnya. Kalau percaya hal lainnya, itu musyrik, menduakan Allah"ujarnya.
Menurutnya, sebagai yang menghidupkan maupun mematikan umat-Nya, tentunya Allah sudah memiliki rencana.
"Tetapi kita tidak mencari kematian. Kalau dia buat ritual, untuk apa itu?, siapa yang mau disantet?,"tanya dia.(***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Sampaikan Komentar Anda Terhadap Berita Ini